Rabu, 01 Desember 2010

laporan praktikum fisiologi tumbuhan PENGUKURAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN



 
Oleh :
Sumanto Basahona (090317016)
Ilmu Kehutanan



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2010
Tanggal Praktikum      : Selasa 28 Oktober 2010
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengukur potensial air dalam jaringan tumbuhan.
B. LANDASAN TEORI
Potensial kimia adalah energi bebas per mol substansi di dalam suatu system kimia. Oleh karena itu, potensial kimia suatu sengawa di bawah kondisi tekanan dan temperatur konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada. Dalam hal hubungan air dan tanaman, potensial kimia dari air sering dinyatakan dengan istilah “ potensial air ”. Selanjutnya, bila potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran energi dari suatu substansi yang akan bereaksi atau bergerak, maka potensial air merupakan ukuran dari enegi yang tersediadi dalam air untuk bereaksi atau bergerak. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untukmolekul difusi.
Potensial air murni adalah nol (0), adanya beberapa substansi yang terlarut di dalam air tersebut akan menurunkan potensial airnya, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurangdari nol. Definisi ini hanya berlaku pada tekanan atmosfir. Apabila tekanan di sekitar sistem di tingkatkan atau di turunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai dengan perubahan tekanan tersebut. Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis menujukkan setatus larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersubut ke dalam seri larutan yang telah di ketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tunbuhan tersebut dapat diketahui

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. 
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semkain rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah.
Huruf yunani psi(Ψ), digunakan untuk menyatakan potensial air dari suatu system, apakh system itu berupa sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa suatu larutan. Potensial air dinyatakan dalam bar.Pada umumnya nilai potensial air dalam tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai nilai yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992).

+ +

Dimana :
 = potensial matriks



C. ALAT DAN BAHAN
Bahan Tanaman   :           Umbi Kentang (Solanum tuberosum)
Bahan Kimia        :           Larutan Sukrosa
Alat-alat               :           Pisau Silet, Timbangan Analitik, tissue, dan 12 tabung reaksi atau               
                                                Piala
D. CARA KERJA
1.      di siapkan 12 gelas piala 150 ml, masing – masing di isi dengan 100 ml dari larutan berikut ini : air destilasi 0.05, 0.10, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, 0.4, 0.45, 0.5, 0.6 molar larutan sukrosa
2.      umbi kentang di potong dan dibuat 12 bentuk balok, dengan ukuran 1x1x4 cm. dan sebaiknya ke 12  potongan tadi di ambil dari satu umbi yang sama.
3.      Satu per-satu dari ke 12 potongan tadi di iris tipis dengan menggunakan pisau silet dengan ketebalan ± 1-2 mm.
4.      Irisan kentang di bilas dengan air destilata, dan di keringkan dengan kertas tissue, lalu di timbang untuk mengetahui berat awalnya.
5.      Masukkan irisan yang telah di timbang kedalam larutan sukrosa yang telah disiapkan, untuk dilakukan perendaman selama ± 30 menit. Hal ini dilakukan untuk tiap – tiap potongan untuk masing – masing larutan berikutnya.
6.       Setelah perendaman selesai, maka irisan – irisan tadi di keluarkan untuk di keringkan dengan kertas tissu dan di timbang untuk di ketahui berat akhirnya. Dan dilakukan untuk semua irisan dari masing – masing potongan
7.      Data yang di peroleh dari pengukuran berat di tulis dan bisa digunakan untuk menghitung potensial osmotiknya.
8.      Untuk menghitung perubahan berat, digunakan rumus berikut :
% perubahan berat =  X 100
E. HASIL PENGAMATAN
No
Aqua (ml)
Sukrosa (ml)
Berat awal (gram)
Berat akhir (gram)
1.
100
0
1,87
1,39
2.
95
5
2,00
2,19
3.
90
10
1,88
2,01
4.
85
15
2,37
2,47
5.
80
20
2,18
2,17
6.
75
25
2,62
2,62
7.
70
30
2,32
2,34
8.
65
35
2,55
2,42
9.
60
40
1,15
1,14
10.
55
45
3,08
                3,06
11.
50
50
1,66
                 1,49
12.
40
60
2,48
2,09
Perhitungan :
Data 1.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 3,2 %
Data 2.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 9,5 %

Data 3.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 6,9 %
Data 4.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 4,2 %
Data 5.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 0,4 %
Data 6.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 0
Data 7.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 0,8 %
Data 8.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 5,09 %
Data 9.                        % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 0,8 %
Data 10.                      % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 0,6 %
Data 11.                      % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100
       = 10,2 %
Data 12.                      % perubahan berat =  X 100
                               =  X 100    
      = 15,7 %
F. PEMBAHASAN
Osmosis ialah proses pergerakan molekul pelarut (contoh:air) dari satu larutan yang cair (larutan hipotonik) ke satu larutan yang lebih pekat (larutan hipertonik) melalui membran semipermiabel. Potensial osmosis selalu bernilai negative. Karena titik nol dari potensial osmosis di ambil dari air murni yang bebas ion.
Karena kentang bersifat hipotonik dan gula bersifat hipertonik maka air yang berada pada kentang bergerak keluar sehingga kadar air pada kentang berkurang.  Dan semakin besar zat terlarut yang diserap oleh umbi kentang, makin besar air yang keluar dari umbi kentang tersebut. Hal ini di tandai dengan semakin besar presentase berkurangnya berat umbi setelah di rendam dalam larutan sukrosa dan di timbang kembali. Dan jika hal tersebut terjadi pada tanaman yang masih aktif bertumbuh, maka tanaman bisa mengalami cekaman akibat terganggunya proses absorbsi air. Ini terjadi karena banyaknya zat terlarut di dalam sel atau jaringan tumbuhan akan meningkatkan nilai potensial osmotic dari tumbuhan itu sendiri,dan menurunkan nilai potensial airnya.
Sementara pada percobaan yang tidak menggunakan larutan sukrosa, berat umbi kentang tidak mengalami perubahan yang begitu besar dan signifikan.hal ini terjadi karena nilai osmosis dari air yang ada di dalam sel ataupun jaringan dan  nilai osmosis dari air yang digunakan untuk merendam umbi kentang  nilai sama.
G. KESIMPULAN
Penurunan Potensial air dari sel atau pada jaringan tumbuhan disebabkan naiknya potensial osmosis, proses terjadinya hal tersebut disebabkan atau dipengaruhi oleh zat-zat terlarut yang ada pada jaringan sel atau tumbuhan.




                      DAFTAR PUSTAKA

Tim  Fisiologi Tumbuhan.2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.Manado: Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi.
Lakitan, B. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Raja Grafindo Persada.Jakarta

Kontradiksi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan



 
                              Oleh : Sumanto Basahona (Mahasiswa Kehutanan UNSRAT)

 Harus disadari bahwa yang hidup dibumi bukan hanya Manusia sendirian, melainkan bersama mahluk lain yaitu tumbuhan,hewan dan masih banyak organisme lainya. Mahluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar teman yang hidup bersama dalam suatu lingkungan hidup secara netral atau pasif  tetapi kehadiran mereka sangat dibutuhkan oleh Manusia sebab tanpa Mahluk hidup lain Manusia sendiri tidak akan hidup. Pada hakekatnya bukan Manusia yang melestarikan lingkungan hidup tetapi lingkunganlah yang melastarikan Manusia, Manusia hanya menjaga supaya lingkungan hidup tersebut tidak rusak atau punah karena Manusialah yang membutuhkan lingkungan hidup demi kelangsungan hidup dan kehidupan. Coba kita bayangkan kalau didunia ini hanya terdapat Manusia, tanpa ada tunbuhan, hewan dan mikro organisme pengurai (perombak), pasti Manusia tidak akan bisa hidup, tidak terdapat sumber makanan yang dapat dimakan dan sisa makanan atau bangkai hewanpun tidak akan habis karena tidak ada mikro organism sebagai pengurai.
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup, tapi dalam Realitas yang terjadi pada interaksi (hubungan) antara pembangunan dan lingkungan hidup (Ekologi Pembangunan) tidak terdapat keseimbangan dan terjadi kontradiksi,sebab Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat tetapi juga membawa resiko. Misalnya Pembangunan bangunan-bangunan di daerah perkotaan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan, prakteknya di lapangan adalah mereka merobohkan semua pohon-pohon yang ada padahal tanpa disadari Oksigen (O2) yang kita hirup setiap hari dihasilkan dan didistribusikan oleh pohon-pohon yang ada dalam proses respirasi (penguapan dari dalam tubuh tumbuhan) coba dibayangkan jika oksigen dibumi ini berkurang secara otomatis kita akan mengalami gangguan dalam proses metabolism dan pernapasan bahkan secara langsung kita telah merusak/menggangu habitat(tempat tinggal organisme) dari mahluk hidup yang lain,  begitu juga penebangan kayu di dalam hutan baik itu secara legal maupun illegal, Devisa yang diperoleh oleh Negara sangat besar dalam mengekspor kayu keluar negeri namun kita menghadapi resiko  kepunahan hewan dan tumbuhan,bertambahnya erosi, rusaknya tatanan air dan rawan  terjadinya gurun. Hal itu bisa terjadi karena para pengelola hutan belum sadar kurang kecintaanya terhadap lingkungan yaitu dengan diadakanya penanaman kembali (Reboisasi).
 Harus disadari sebagai mahluk yang mendiami planet Bumi problematika yang telah kita alami ini adalah tanggung jawab yang bersifat Universal, mengapa? sebab banyak orang yang berasumsi bahwa hal itu adalah masalah bagi Dinas/instansi  yang terkait khusunya dibidang lingkungan hidup dan kehutanan. Sebagai seorang Mahasiswa yang berintelektual,kritis dan perduli akan kehidupan terutama untuk para Rimbawan seluruh Indonesia  hal ini juga harus kita angkat kepermukaan dan kedepankan untuk dikaji,mencari solusi, dan merealisasikanya secara kolektif sebab yang menjadi inti masalah dalam lingkungan hidup adalah hubungan/ interaksi antara  sesama mahluk hidup di alam.
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup selalu bersifat dilema dan Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan dan Manusia juga masih banyak yang mengadopsi paham Antroposentris. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan resikonya, karena mereka terdesak oleh Urgensi dan tekanan politik. Sebaliknya media masa dan para cendekiawan sering dapat melihat risiko yang yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan. Betapapun baik manfaat maupun risiko kita harus memperhitungkanya secara berimbang. Yang harus digaris bawahi disini adalah bukanlah membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun supaya mutu dari lingkungan tetap terlestarikan dengan begitu mutu hidup terus dapat ditingkatkan. Pembangunan harus berwawasan lingkungan dan Analisis manfaat dan risiko lingkungan merupakan instrumen atau alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang kearah yang optimal (Otto Soemarwoto).